Tuesday, February 2, 2010

Tren Tinggal di Kondominium yang Terintegrasi


Apartemen sewa mulai berkembang pada awal tahun 1980. Saat itu kondisi ekonomi cukup baik dan tingginya jumlah ekspatriat di Indonesia menjadi pendukung untuk maraknya apartemen sewa. Dari sisi lokasi, apartemen sewa mulai berkembang di kawasan CBD dengan konsep bangunan single.

Pada tahun 1985, pemerintah mengeluarkan UU No 16 Tahun 1985 yang mengatur tata cara pembangunan, kepemilikan, penghunian dan pengelolaan rumah susun, dalam hal ini untuk konsep strata-title. Aturan yang jelas diharapkan dapat mendorong pembangunan rumah susun atau dalam hal ini kondominium strata-title dengan cepat sehingga memenuhi kebutuhan masyarakat akan hunian, terutama di perkotaan.

Pada tahun 1990-2000, sektor apartemen sewa menunjukkan tingkat pasokan dan permintaan yang semakin tinggi. Pada periode ini pula, kondominium strata-title mulai berkembang, namun preferensi orang untuk tinggal di hunian bertingkat tinggi relatif belum terlalu besar sehingga permintaan akan unit kondominium relatif rendah.

Pada pertengahan tahun 1990, kondominium dengan jumlah unit yang besar mulai berkembang, seperti kondominium Taman Rasuna dan Taman Anggrek. Pasokan kondominium baru semakin tinggi dan permintaan akan unit apartemen juga mulai meningkat. Preferensi lokasi masih didominasi oleh kawasan CBD, diikuti oleh Jakarta Barat dan Jakarta Pusat. Di sektor apartemen sewa, permintaan semakin tinggi dengan dominasi ekspatriat dari negara-negara Asia seperti Korea, Jepang, dan Taiwan.

Tahun 1998 terjadi krisis moneter yang memberikan dampak yang cukup besar terhadap sektor apartemen sewa dan kondominium. Permintaan akan unit apartemen sewa dan kondominium menurun drastis. Banyak proyek pembangunan yang terhenti akibat tersendatnya investasi.

Kondisi ini berlanjut hingga awal tahun 2000, di mana pengembang masih berhati-hati untuk kembali mengembangkan proyek apartemen sewa dan kondominium. Saat itu hanya beberapa developer dengan finansial kuat yang berani melakukan pembangunan.

Sektor apartemen sewa dan kondominium mulai bangkit kembali pada pertengahan tahun 2000. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk, turut mendukung berkembangnya kondominium di Jakarta. Di lain sisi, tuntutan kebutuhan akan tempat tinggal yang berkualitas juga semakin tinggi. Untuk menjembatani kesenjangan yang cukup besar antara jumlah pasokan dan permintaan terhadap hunian tersebut, mulai dilakukan pembangunan yang cukup agresif untuk perumahan bertingkat tinggi.

Mulai pertengahan tahun 2000, mulai berkembang tren gaya hidup tinggal di hunian bertingkat tinggi dan muncul tuntutan orang untuk tinggal di lingkungan yang lebih efisien. Muncul konsep mixed-use development di mana hunian terintegrasi dalam satu kawasan bersama dengan perkantoran dan pusat perbelanjaan, seperti yang terlihat pada proyek Central Park, St Moritz, Rasuna Epicentrum, dan Kemang Village. Tujuan pembelian unit kondominium juga tak lagi hanya untuk tempat tinggal, namun juga sebagai instrumen investasi.

Perkembangan kondominium pada periode ini didominasi oleh segmen menengah, khususnya di kawasan CBD, diikuti kawasan Jakarta Utara dan Jakarta Selatan. Di sektor apartemen sewa, ekspatriat yang menghuni unit apartemen sewa semakin beragam, berasal dari China, Amerika, Timur Tengah, Eropa dan lainnya.

Di masa depan, sektor apartemen sewa dan kondominium diharapkan akan terus berkembang seiring dengan kondisi ekonomi nasional dan global yang terus membaik. Upaya pemerintah menjaga nilai rupiah terus meningkat dan bunga bank pada level rendah diharapkanmeningkatkan daya beli masyarakat.

kompas